Tentang OMAI
Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) merupakan obat-obatan berbahan baku biodiversitas asli Indonesia berstandar Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka, yang dikembangkan dan ditemukan menggunakan prinsip farmakologi modern dan dirancang menurut kaidah internasional.

Kemandirian Obat Nasional
Menjadi tantangan bagi Indonesia untuk terus berinovasi dan dapat mandiri dengan mengembangkan obat dengan sumber bahan alam dari dalam negeri



Substitusi Importasi Bahan Baku Obat
Pemerintah mendorong percepatan substitusi impor produk farmasi dengan bahan baku lokal untuk menekan importasi, meningkatkan devisa negara, dan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam negeri.






Nilai Tambah Ekonomi Indonesia
Industri farmasi merupakan salah satu industri nonmigas yang menjadi target pertumbuhan industri nasional.



Sejarah
Convention on Biological Diversity menyatakan Indonesia sebagai salah satu dari 17 negara “megadiverse” karena keanekaragaman hayatinya yang sangat tinggi. Indonesia memiliki 10% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia (sekitar 25.000 tanaman berbunga, 55% endemik) dan merupakan salah satu pusat dunia untuk agrobiodiversitas dari tanaman pertanian. Selain itu, keanekaragaman fauna di Indonesia juga merupakan yang terbesar kedua setelah Brazil. Keanekaragaman hayati yang tinggi ini memiliki potensi yang besar untuk diteliti dan dimanfaatkan sebagai produk farmasi. Saat ini, sebagian besar bahan baku aktif obat masih harus diimpor dari negara lain karena belum diproduksi di dalam negeri, sehingga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi industri farmasi Indonesia.



Pada tahun 2005, PT Dexa Medica (bagian dari Dexa Group) mendirikan Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) untuk fokus meneliti bahan baku obat dari biodiversitas Indonesia atau Obat Modern Asli Indonesia (OMAI). Penelitian awal DLBS menghasilkan produk Inlacin (DLBS3233) yang berbahan dasar kayu manis dan bungur untuk obat diabetes mellitus tipe 2. Inlacin kemudian dipasarkan pertama kali pada tahun 2010.
Selain Inlacin, DLBS juga menghasilkan produk Redacid yang berbahan dasar kayu manis. Redacid merupakan obat untuk gangguan lambung sebagai alternatif dari Ranitidine. Redacid mendapat sertifikat fitofarmaka dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2019.
Pada tahun 2013, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi meresmikan fasilitas Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) DLBS di Cikarang, Bekasi. Fasilitas itu adalah yang pertama di Indonesia sejak dikeluarkannya Permenkes No. 6/2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional.
OMAI Dikembangkan DLBS
OMAI yang dikembangkan oleh DLBS juga mencakup obat-obatan over the counter (OTC). Obat-obatan tersebut yakni HerbaKOF, HerbaCOLD, HerbaPAIN, dan HerbaVOMITZ.
Pada September 2019, Dexa Group mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk semua fasilitas produksi, termasuk DLBS.[5] OMAI yang dihasilkan DLBS juga tersertifikasi halal.



Pada 30 Januari 2020, OMAI yang dikembangkan DLBS diperkenalkan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemristek-BRIN). Acara tersebut dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Graha Widia Bhakti, Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek), Serpong, Kota Tangerang Selatan.
Sumber Referensi



Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) merupakan obat-obatan berbahan baku biodiversitas asli Indonesia berstandar Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka, yang dikembangkan dan ditemukan menggunakan prinsip farmakologi modern dan dirancang menurut kaidah internasional.
(+62) 87788225575
cs@omai.co.id